Judul : Al-Falaq; Sembuh dari
Penyakit Batin dengan Surah Subuh
Pengarang : Achmad Chodjim
Penerbit : PT. Serambi Ilmu Semesta
Volume : vii+227 halaman
A.
Sekilas tentang
Pengarang
Achmad Chodjim adalah pria kelahiran Surabaya pada tanggal 27 Februari 1953. Dibesarkan dalam
lingkungan masyarakat tradisional-Islami yang menggandrungi kitab-kitab
klasik. Mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Darul Ulum dan Pondok
Pesantren Tebuireng Jombang serta Pesantren Modern Darussalam Gontor dan selama
duduk di bangku tingkat SLTP dan SLTA, beliau banyak bergaul dengan teman-teman beliau yang membuatnya
termotivasi mendalami lebih lanjut ilmu-ilmu
agama. Pendidikannya juga di dapatkan di beberapa lembaga
pendidikan folmal seperti Sekolah
Pertanian Menengah Atas Negeri Malang,
sarjana pertanian (agronomi) di Institut Pertanian Bogor dan magister manajemen dari Sekolah Tinggi
Manajemen Prasetia Mulya, Jakarta. Sekarang beliau
banyak aktif mengisi berbagai forum pengajian spritual di
berbagai tempat.
B.
Buku Al-Falaq; Sembuh dari Penyakit Batin dengan Surah Subuh
Pada dasarnya, buku ini bukanlah buku tafsir sebagaimana umumnya
yang menjelaskan berbagai macam hal seputar surah al-falaq dengan menggunakan metode
dan pendekatan penafsiran. Sebagaimana diakui sendiri oleh penulis di dalam pengantarnya, ia hanya ingin
berbagi pengetahuan yang ia miliki seputar surah al-falaq. Hal ini beranjak
dari “problem realitas” dimana sebagian besar ummat muslim di Indonesia tak
mampu memahami al-qur’an karena keterbatasan kemampuan berbahasa arab. Di
samping itu perilaku ummat islam Indonesia yang memahami dan menggunakan surah al-falaq
sebagai penangkal sihir. Dengan pemahaman seperti ini, al-Qur’an tidak lagi bertujuan
sebagai petunjuk.
C.
Model Penafsiran:
Berdasarkan apa yang dikatakan oleh penulis buku ini, bahwa penulisan
buku ini diupayakan menggali dan menyelami makna yang terkandung dalam surah al-falaq
serta membuka selubung-selubung yang menyelimuti kedalaman makna surah tersebut
agar cahaya firman Allah ini mengalir dan menyinari pembacanya agar menjadi
petunjuk bagi yang memerlukannya.
Buku ini ditulis dengan gaya bahasa yang mudah
dimengerti dan sangat simple sehingga cocok dibaca bagi semua kalangan. Disamping
itu persoalan yang diutarakan menyentuh dengan persoalan hidup bagi ummat islam
masa sekarang (hal ini menyiratkan corak yang dimilkinya adalah adabi
ijtima’i).
Pada pendahuluan buku tersebut dicantumkan sejarah
yang berhubungan dengan surah al-falaq (asbabul wurud). Setelah itu
penulis memulai pembahasannya mengenai kata-kata (lafadz) serta kalimat-kalimat
(ayat-ayat) surah al-falaq yang dimulai dengan kata “qul”. Setiap pembahasan
suatu ayat, dijadikan menjadi bab. Kata-kata yang dibahas, dikupas dari segi bentuk
dan jenis dan fungsinya. Disamping itu dijelaskan pula makna yang terkandung
dari kata-kata tersebut dari segi jenis dan fungsinya. Beberapa penjelasan yang
berkenaan dengan ayat-ayat surah al-falaq dicantumkan dari berbagai sumber baik
buku tafsir, buku agama, kamus dan referensi dari ilmu pengetahuan modern.
Tidak lupa beliau juga mencantumkan beberapa ayat al-qur’an dan hadits yang
berhubungan dengan pembahasan beliau. Semua pembahasannya diusahakan dapat dimengerti
dan diterima oleh akal sehat. Olehnya itu beliau seringkali memberikan beberapa
pertanyaan yang filosofis dan jawaban yang rasional.
Pada bab terakhir buku tersebut berjudul “Cara
Berlindung”. Disini dipaparkan cara berlindung dengan menggunakan surat
tersebut dan berlindung dari apa saja. Saran beliau, surah tersebut tidak hanya
dibaca tapi signifikansi dari ayat tersebut harus diamalkan
D.
Contoh Penafsiran:
Kalimat Isti’adzah
merupakan kalimat permohonan perlindungan. Yaitu, dengan penyataan
“saya berlindung”. Ini pernyataan! Ini hanya ucapan. Padahal yang dimaksud dengan
“permohonan perlindungan” itu ada usaha atau aktivitas untuk mencari perlindungan.
Pencarian perlindungan itu tidak hanya dilakukan dengan mengucapkan kalimat.
Kita harus membedakan antara”pengucapan” dan “berusaha mencari” perlindungan.
Mengucapkan dapat terjadi pada orang yang membunyikan kata-kata. Tidak demikian
dengan mencari perlindungan. Ada usaha nyata, baik berupa kata maupun tindakan.
Secara pelafalan, kalimat ini efektif bila sang pencari perlindungan telah
melatih diri dengan tirakat atau meditasi. Itu dulu pada saat ketika hidup dikuasai
oleh alam. Tapi sekarang, perlindungan tidak cukup bicara dan berharap saja.
Harus ada tindakan terarah dan terorganisasi secara rapi dan efisien.
Perlindungan sekarang bisa melalui system kemasyarakatan, organisasi dan institusi
lainnya.

Komentar
Posting Komentar